Postingan

UMI

Gambar
Umi dan aku waktu berumur 40 hari Umi, mentari belum menampakkan ujung sinarnya, kenapa kau sudah terjaga ? aku saja masih nyenyak dengan mimpiku tak dengar adzan subuh atau kadang pura-pura tak dengar tapi kau sudah berkeringat, menanak nasi untuk sarapanku, memasak telur dadar dan menyiapkan susu. mana sarapan umi ? "anak-anak dulu", jawabmu ah, tak tega aku mi ! aku tau kau lapar dan lelah bangun lebih dulu, sarapan paling akhir atau tidak sama sekali saat kau ingin berangkat bekerja, kau bilang customermu selalu merepotkanmu Tuhaaaan ! umiku memikirkan jalan keluar dari usahanya! tak terbayang pegalnya kaki umi menopang badannya untuk berjalan melayani customernya, tak terbayang lusuhnya umi saat pulang kerumah dan tetap bekerja untuk anak-anaknya umi bekerja keras sementara anak-anaknya hanya bilang "mi, mana uang jajan aku? " anak tak mau tau seberapa deras peluh yang mengucur dari tubuh orangtuanya, yang anak tau hanya

AKU INGIN JEDA

Gambar
Baiklah, aku rasa ini sudah cukup aku bukan orang yang punya kesabaran luar biasa aku sudah cukup gerah jiwaku sudah sering terkena imbas gundah Aku tidak akan mati tanpamu walau segalanya dalam hidupku akan menjadi kurang penting butuh ratusan rim kertas untuk menunjukkan pengaruhmu di dalam diriku dan aku harus mengumpulkan milyaran kata indah untuk itu Ini jauh lebih cepat dari yang aku perkirakan tapi juga tak terlalu lama jika dilihat dari sudut pandang yang berbeda kini aku berusaha menutup mata dan telinga lalu membiarkan hatiku yang bicara Aku ingin jeda sebentar saja hatiku belum pulih benar tapi sudah tergores lagi memang tidak begitu besar tapi cukup dalam untuk aku rasakan sendirian.

Pelita yang Menjerat

Gambar
Jalanku terhuyung mencari suara untuk kukenali. Semata suara itu, yang mampu memastikan bahwa aku ada.  Ketika keberadaan yang aku bisa ingat adalah hanya masalalu, yang hadir berikutnya adalah panik tak berujung. Ada pengingkaran yang bertubi hendak kusuarakan.. Apakah akhir semua kekalahan adalah pelita bagi insan yang pernah tersandung kegelapan? Kadang pelita pun mampu menjadi penipu. Ada kata dan makna yang pendarnya semata memerangkap. Ada kata dan suara yang hipnotisnya semata mencuri dunia kita. Pelita bahkan selalu juara. Mampu menjadi penerang namun sekaligus mampu membuatku tersesat jauh.. Pelita ini, pasti tak abadi, meski berulang mungkin ada.

MELUKIS FEBRUARI

Terinspirasi dengan bulan februari tahun ini, karena bulan februari sampai tanggal 29, tanggal 29 itu jarang sekali ada mungkin bisa ada cuma 4 tahun sekali, dan bulan ini merupakan bulan yang unik untuk aku, banyak hal yang membuat sayang bertanya-tanya tentang hati dan perasaan :). Bulan kedua. Februari. Bulan yang singkat dan memikat. Bulan yang mengisiku dengan harap dan kejut. Bulan yang kuisi dengan segala macam emosi. Tangis, tawa, cemas, harap, doa, air mata, luka, cengir, ringisan, mimpi, khayal, damai, senandung, lelah dan ribuan lainnya. Aku ingat bagaimana februari mengisiku. Pembukaan februari di isi oleh seseorang mantan kekasih yang mengeluh belum bisa melupakan masa lalunya denganku. Dengan tegas aku melarikan diri sampai sekarang. Aku hanya tidak ingin merebut kebahagiaan pacarnya yang sekarang. Februari mengajarkanku bentuk keikhlasan dan cinta yang berbagi :) Kemudian laki-laki serigala berbulu hamster. Hamster bertatto. Seseorang dengan topeng pujangga me

Biarkan Aku Sama Sepertimu

Aku menulis ini untuk meyakinkan bahwa kapasitas yang kumiliki masih cukup luas untuk menyimpanmu, bersusun-susun, dibubuhi hiasan-hiasan sampai disemprot aerosol pengharum. Itu menunjukan betapa antusiasnya aku menyelidikimu, mengumpulkan daftar tentangmu dan yang paling penting adalah memiliki itu semua seperti memiliki harta terbesar satu-satunya yang pernah kumiliki. Aku tersesat. Sebelumnya tidak pernah seperti ini. Aku selalu berhasil menemukan jalan untuk terus menemukanmu. Tidak pernah sesulit ini. Yang kucari adalah diriku sendiri. Aku mencari namaku di antara tumpukan-tumpukan daftar tentangmu. Tak kutemukan satupun namaku. Hanya ada namamu, kamu, dan kamu lagi. Namamu tidak pernah absen dalam jemari. Baik goresan maupun arah tekanan jemari di atas papan ketik. Selalu namamu. Tidak ada yang berganti. Lantas dimana namaku? Aku lupa dimana aku meletakkannya. Aku lupa bagaimana menuliskan namaku sendiri. Aku hanya ingat bagaimana menulis namamu. Bahkan dengan mata terp

Oh maaf ya, aku suka kamu!

Ini si laki-laki introvert favoritku yang kusebut laki-laki kosmik. Aku melihatnya hampir setiap hari, namun nyaris tak pernah bicara. Dan baru satu kali aku mendengar suaranya! Aku mengenalnya tapi tidak pernah berbicara dengannya. Jangan ditanya pernah berjabat tangan apa tidak. Dia, si gunung es! Aku pernah menanyakan jadwal mata kuliah jam berapa dan dia hanya menjawab dengan mau tau banget ya? Menyebalkan! Oke, dia mengagumkan tapi bikin kesal! Oh tidak aku menyukainya! Oke aku menyukainya bukan karena dia si ganteng, si idola, si ini, si itu. Tapi disebabkan karena suatu mimpi! Mimpi aneh yang mempertemukan aku dan dia. Herannya, aku tidak pernah memikirkannya, tidak pernah membayangkan versi-versi terindah sama dia, dan tiba-tiba dia hadir di mimpiku! Ya, tentu saja hanya di mimpi kita bisa bertemu, bicara untuk berlama-lama. Maka simpelnya, aku menyukainya karena dia datang di mimpiku tanpa pernah ku rencanakan apalagi mengemis! Hey, cowo intro

Kamu, Hujan dan Diam !

Salah satu cara mencintaimu adalah dengan menangis di bawah hujan. mereka mampu merendam semua luka. mereka mampu menyembunyikan setiap tetes air mata agar tidak kau lihat. mereka mampu menyembunyikan semua peluh yang bulirannya kian mengiringi perjuangan cinta. mereka tidak pernah memberitahukanmu seberapa seringnya mereka terurai hingga jelas. mereka tidak pernah mengatakan seberapa hebatnya dirimu yang mampu membuat mereka menenggelamimu. Aku terisak, deras dan tenggelam. dalam air mataku sendiri, dalam hujan yang entah sudah keberapa kalinya berhasil menyembunyikan tangisku. Kamu tak akan pernah mendengarnya. Merasakannya. Karena kamu tidak akan pernah tahu. tidak akan pernah bisa mengukur dalamnya lautan air mata didalam hati. Aku mencintai hujan, menantinya turun sama seperti menantimu untuk mendengarkanku, sebentar saja untuk mendengar kata yang sudah lama tersimpan. aku bisa meneriakkan namamu bekali-kali ketika deras itu menyentuh tanah, menumbuk genting